Dirajam Sunyi
Sudahlah; ringkas saja segala mimpimu
tuk kau kemas sebagai kenangan di liang lahad!
Siapa pula mengajarku bermimpi? tanyamu curiga
karena tak berani menyalahkan diri sendiri.
Kau masih saja mempercakapkan burung-burung
yang hinggap di jendela kamarmu;
kau mendengarnya bernyanyi-nyanyi
lalu kau pun menerjemahkannya sebagai
ungkapan mesra dari kekasihmu
Aduhai...sungguh kasihan dirimu
yang selalu merasa sendiri
dan mengkhayalkan siapa saja
perempuan yang kautemui sebagai kekasihmu
Pernah juga hampir kau gapai khayalmu
ketika suatu ketika kau bertemu dengannya;
perempuan wangi melati
Sayang, kau lihat belati di ketiak perempuan itu
dan kau mengundurkan diri secara diam-diam
mau apa lagi selain mengutuk diri sendiri?
Tidak pernah lelah kau berlari
sambil menunjuk sesuatu yang kau lihat di depanmu
sebagai entah yang akan kau raih
dan kau pun marah; mengambil paku dan pecahan kaca
lalu kau tancapkan di matamu hingga darah merah
yang amis mengaliri wajahmu
mata ini yang menipuku teriakmu dan orang-orang
yang lalu-lalang di sekitarmu menuduhmu gila
karena melihatmu mengunyah bola mata sendiri
Kini; kau pun mengaku menyerah
lalu rebah dan meminta orang-orang terdekatmu
pergi menjauh mengirimkan lempengan-lempengan
batu tajam; sunyi yang selalu menari di kepalamu
untuk kau rajamkan di jantungmu
Sambil mengingat nama-nama gadis
yang pernah kau buat menangis
kau ambil batu pertama lalu
kau hunjamkan di ulu hatimu
dan lidahmu kelu menyebut nama Tuhan
yang kau tuduh telah lama bunuh diri
Kairo 2 Juni 2006
Aku Pun Mendoakan Pernikahanmu
Saat kau melangsungkan pernikahanmu
Kau masih bertanya tentang diriku
Demikianlah perihal yang kutahu
Duhai demikian syahdu kau senandungkan cinta kita
Tolong sebagai kenang saja segala air mata
Sebab sebuah entah masih harus kutelusuri
Sebab sebuah langkah mesti harus kujalani
Hapus air matamu karena sejarah menulis dirinya sendiri
Aku tahu kau gemetar mencium pundak tangan suamimu
Kau cari wujudku; aku gentar dengan semua tulus kasihmu
Bisikku ketika pertama kali kita bersama di bilik bulan purnama
Kita saling mengikat pada teka-teki: cinta, masa,
Dan hidup yang tak pernah terduga.
Kairo 21 Mei 2006
Detik Ini
Detik ini tiba-tiba
kuingin menyebut namamu
tapi aku tak tahu
dari mana memulainya
Detik ini tiba-tiba
kuingin menyebut namamu
tapi aku tak mengerti
apa ini masih berarti