Seberkas senyum mencahaya
lalu hatiku bergerimis tangis
larik-larik doa meraih altar langit
dan bertanya; "Dimanakah Arasy Tuhan ?"
"Tentang apakah kau datang sebelum subuh?"
suara menggema tabir putih bermandi peluh
tapi seorang lelaki yang sedang jatuh cinta
kepada seorang dara semalaman tak memejam mata
"Mengapa angin begitu akrab tuk kuajak bercakap?"
tanyanya pada diri sendiri yang telah lama merasa sepi
rembulan pun gemetar di Kairo
mendengar doa cinta mengharu biru
adakah musim dingin masih memeluk bumi?
Kini aku memulangkan diri pada mimpi tak selesai
karena terbangun mendengar bom di bukit Sinai
demikianlah, bahkan gadis yang kupuja itu pun
kularang mengirim sms di sepertiga malam
agar aku khusyu' menjahit namaku dan namanya
mengawinkan mimpiku dan mimpinya
dalam doa yang menebas-nebas langit dengan gelisah
No comments:
Post a Comment