Tuesday, October 23, 2007

Selamat Jalan Toto

Nyawa ranggas. Mati tebas.

Kita diajak berdiam sejenak. Tenang menatap langit benderang. Titik hujan air mata membasahi tanah. Dan yang datang akhirnya berpulang jua. Satu lagi yang pergi! 9 Oktober lalu Toto Sudarto Bachtiar pamit dari dunia. Meninggalkan ruang di hati untuk museum kenang. Kenang-kenanglah kami! Kami yang kini menulis nama di batu nisan.

Kepergian Toto menghentak sadar kita, bahwa manusia ternyata mempunyai batas. Batas hidup yang akan dituntaskan. Catatan hutang yang harus dilunaskan. Setelah itu, kertap badan dikunyah ulat, nyawa pun pulang pada Yang Punya. Ungkapan bela sungkawa saja, tidaklah cukup sebagai penghormatan terakhir bagi yang telah pergi. Ada jejak yang ia tinggalkan dan minta dilanjutkan. Siapa berani bertarung?

Penting diingat bahwa Toto telah memberi kuntum bunga bagi perpuisian kita. Dalam nyanyian puisinya ia tulis tangis orang-orang yang tersingkirkan . Sekarang giliran kita, menjeritkan 'Suara' dan 'Etsa', mencoba mengabadikan apa yang disebut orang sebagai hidup ini. Karena yang tertulis mengabadi, sedang yang terucap menguap. Bagi penyair, hidup adalah puisi dan mimpi. Selepas itu, tentu saja mati!

No comments: